Uscience Ketika kita menyaksikan Candi Borobudur tentu akan menyimpan banyak tanda tanya tentang bagaimana caranya candi ini dibangun. Batu-batu dalam ukuran sangat besar dalam jumlah ribuan ditata sedemikian artistik dengan ukuran yang sangat simetris dan proporsional. Ketika bangunan tersebut dibangun pada masa sekarang tentu kita tidak perlu merasa kagum karena tekhnologi konstruksi, peralatan dan arsitektur sudah sedemikian maju. Namun ketika bangunan tesebut dibuat pada abad ke-9 tentu kita harus kagum karena tekhnologi ketika itu sangat terbatas.
Menurut para Arkeolog memperkirakan bahwa pada awalnya candi Borobudur adalah merupakan stupa tunggal yang sangat besar dan terdapat mahkota di puncaknya. Kondisi tersebut diperkirakan membahayakan bagi tubuh dan kaki stupa, akhirnya stupa dilakukan desain ulang oleh arsiteknya dengan membongkar stupa raksasa ini, para Arkeolog telah memukan bukti bongkar pasang tersebut. Kemudian setelah stupa raksasa ini dibongkar diganti dengan tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti yang kita lihat saat ini.
Dari tanda-tanda yang ditemukan, diperkirakan pembangunan Candi Borobudur dibangun dalam empat tahap, dan mebutuhkan waktu sekitar 95 tahun walaupun ada juga yang menyebutkan jangka waktu pembangunan sekitar 23 tahun, namun perkiraan yang paling banyak diyakini adalah 95 tahun. Seperti apa tahap pembangunan Candi Borobudur tersebut?
Tahap pertama:
Awal mula pembangunan Candi Borobudur belum diketahui secara pasti, dan penelitian hingga hari ini masih terus berlangsung untuk mendapatkan data-data baru tentang awal mula pembangunan candi. Para Ahli hanya memperkirakan bahwa proses pembuatan candi ini dimulai pada sekitar tahun 750 Masehi hingga 850 Masehi. Dasar candi Borobudur adalah sebuah bukit kecil yang diratakan pada puncaknya dan kemudian diperluas. Struktur bangunan tidak semuanya berupa batuan andesit seperti yang terlihat dari luar, pada bagian dalam candi ini adalah tanah yang dipadatkan. Dengan demikian struktur yang terlihat seperti sekarang ini menyerupai cangkang yang membungkus tanah.
Kemudian setelah itu pada bagian miring dibawahnya ditutup lagi dengan batu lapis demi lapis. Terlihat tanda-tanda bahwa pada awalnya dibangun secara bertingkat seperti sebuah piramida berundak namun kemudian dirubah. Ada beberapa bukti tentang hal tersebut yaitu berupa bekas bongkaran dari bangunan sebeumnya. Pada tahap ini dibangun tiga undakan pertama yang menutupi struktur asli berupa piramida berundak.
Tahap kedua:
Pada tahap ini mulai ditambahkan dua undakan berbentuk persegi, kemudian ditambahkan pagar langkan dan ditambahkan lagi satu undakan dengan konstruksi melingkar yang kemudian langsung ditambahkan stupa induk paling besar di atasnya.
Tahap ketiga
Pada tahap ini rupanya terjadi perubahan dari rencana semula karena suatu hal, yaitu undakan pada bagian atas yang berbentuk linkaran yang terdapat stupa induk paling besar dibongkar dan kemudian diganti dengan tiga undakan lingkaran baru . Setelah itu dibangun stupa-stupa kecil mengeililingi stupa induk pada undakan yang dibuat mengelilingi stupa paling besar. Kemudian setelah itu pondasi diperlebar karena alasan tertentu dan dibuat kaki tambahan yang membungkus kaki asli dan menutupi relief Karmawibhangga.
Para Arkeolog memperkirakan bahwa semula Candi Borobudur dibuat dalam bentuk stupa tunggal yang memahkotai batur-batur teras bujur sangkar, namun kemudian ternyata stupa besar ini terlalu berat untuk ditopang struktur dibawahnya sehingga menyebabkan struktur dibawahnya terdorong keluar karena beban yang terlalu berat dari bagian atas yang menyebabkan pergesaran struktur dibawanya dari tempat semula.
Karena candi ini dibuat dengan konstruksi menyerupai cangkang dimana konstruksi batu hanya berada diluar sementara konstruksi dalamnya berupa tanah maka tekanan dari atas akan menyebar ke bagian luar dari konstruksi candi, dengan demikian jika tidak dibangun peindung diluarnya akan menyebabkan candi Borobudur longsor dan runtuh. Mungkin atas pertimbangan itu kemudian diputuskan untuk membongkar stupa induk besar dan menggantikannya dengan teras yang mengelilingi stupa induk dengan penambahan stupa-stupa kecil seperti yang kita lihat saat ini.
Rupanya sang Arsitek memang memang mempunyai otak yang cukup jenius, untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini sengaja dirancang untuk memperkuat bagian dasar candi yang berfungsi seperti pengikat agar bagian candi tidak tercerai berai karena mendapat tekanan dari struktur diatasnya. Namun dengan penambahan ini kemudian menutup relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu.
Tahap keempat.
Ini adalah tahap terakhir atau finishing, dimana pada tahap ini dilakukan penyempurnaan relief dan penambahan pagar pada bagian langkan paling luar juga penambahan semacam pintu gerbang yang disebut sebagai pelekung pada gawang pintu. Pada tahap ini juga dilakukan pelebaran pada bagian ujung kaki candi, yang akhirnya candi Borobudur terlihat seperti sekarang ini.
Sebetulnya ada beberapa bagian candi yang sekarang sudah tidak berada di tempatnya, karena dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, bahkan pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa mengambil bagian-bagian dari candi untuk dibawa ke negaranya. Menurut informasi Raja Thailand ini membawa sekitar 8 gerobak bagian-bagian candi atas ijin Pemerintah Kolonial Belanda ketika itu. Saat ini benda-benda berharga ini di pamerkan di Museum Nasional Bangkok. (RR/rw/14)
Menurut para Arkeolog memperkirakan bahwa pada awalnya candi Borobudur adalah merupakan stupa tunggal yang sangat besar dan terdapat mahkota di puncaknya. Kondisi tersebut diperkirakan membahayakan bagi tubuh dan kaki stupa, akhirnya stupa dilakukan desain ulang oleh arsiteknya dengan membongkar stupa raksasa ini, para Arkeolog telah memukan bukti bongkar pasang tersebut. Kemudian setelah stupa raksasa ini dibongkar diganti dengan tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti yang kita lihat saat ini.
Bagian-bagian Candi Borobudur, Foto: ruangkumemajangkarya.wordpress.com |
Tahap pertama:
Awal mula pembangunan Candi Borobudur belum diketahui secara pasti, dan penelitian hingga hari ini masih terus berlangsung untuk mendapatkan data-data baru tentang awal mula pembangunan candi. Para Ahli hanya memperkirakan bahwa proses pembuatan candi ini dimulai pada sekitar tahun 750 Masehi hingga 850 Masehi. Dasar candi Borobudur adalah sebuah bukit kecil yang diratakan pada puncaknya dan kemudian diperluas. Struktur bangunan tidak semuanya berupa batuan andesit seperti yang terlihat dari luar, pada bagian dalam candi ini adalah tanah yang dipadatkan. Dengan demikian struktur yang terlihat seperti sekarang ini menyerupai cangkang yang membungkus tanah.
Kemudian setelah itu pada bagian miring dibawahnya ditutup lagi dengan batu lapis demi lapis. Terlihat tanda-tanda bahwa pada awalnya dibangun secara bertingkat seperti sebuah piramida berundak namun kemudian dirubah. Ada beberapa bukti tentang hal tersebut yaitu berupa bekas bongkaran dari bangunan sebeumnya. Pada tahap ini dibangun tiga undakan pertama yang menutupi struktur asli berupa piramida berundak.
Konstruksi keseluruhan Candi Borobudur, Foto: ruangkumemajangkarya.wordpress.com |
Pada tahap ini mulai ditambahkan dua undakan berbentuk persegi, kemudian ditambahkan pagar langkan dan ditambahkan lagi satu undakan dengan konstruksi melingkar yang kemudian langsung ditambahkan stupa induk paling besar di atasnya.
Tahap ketiga
Pada tahap ini rupanya terjadi perubahan dari rencana semula karena suatu hal, yaitu undakan pada bagian atas yang berbentuk linkaran yang terdapat stupa induk paling besar dibongkar dan kemudian diganti dengan tiga undakan lingkaran baru . Setelah itu dibangun stupa-stupa kecil mengeililingi stupa induk pada undakan yang dibuat mengelilingi stupa paling besar. Kemudian setelah itu pondasi diperlebar karena alasan tertentu dan dibuat kaki tambahan yang membungkus kaki asli dan menutupi relief Karmawibhangga.
Para Arkeolog memperkirakan bahwa semula Candi Borobudur dibuat dalam bentuk stupa tunggal yang memahkotai batur-batur teras bujur sangkar, namun kemudian ternyata stupa besar ini terlalu berat untuk ditopang struktur dibawahnya sehingga menyebabkan struktur dibawahnya terdorong keluar karena beban yang terlalu berat dari bagian atas yang menyebabkan pergesaran struktur dibawanya dari tempat semula.
Karena candi ini dibuat dengan konstruksi menyerupai cangkang dimana konstruksi batu hanya berada diluar sementara konstruksi dalamnya berupa tanah maka tekanan dari atas akan menyebar ke bagian luar dari konstruksi candi, dengan demikian jika tidak dibangun peindung diluarnya akan menyebabkan candi Borobudur longsor dan runtuh. Mungkin atas pertimbangan itu kemudian diputuskan untuk membongkar stupa induk besar dan menggantikannya dengan teras yang mengelilingi stupa induk dengan penambahan stupa-stupa kecil seperti yang kita lihat saat ini.
Rupanya sang Arsitek memang memang mempunyai otak yang cukup jenius, untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini sengaja dirancang untuk memperkuat bagian dasar candi yang berfungsi seperti pengikat agar bagian candi tidak tercerai berai karena mendapat tekanan dari struktur diatasnya. Namun dengan penambahan ini kemudian menutup relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu.
Tahap keempat.
Ini adalah tahap terakhir atau finishing, dimana pada tahap ini dilakukan penyempurnaan relief dan penambahan pagar pada bagian langkan paling luar juga penambahan semacam pintu gerbang yang disebut sebagai pelekung pada gawang pintu. Pada tahap ini juga dilakukan pelebaran pada bagian ujung kaki candi, yang akhirnya candi Borobudur terlihat seperti sekarang ini.
Sebetulnya ada beberapa bagian candi yang sekarang sudah tidak berada di tempatnya, karena dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, bahkan pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa mengambil bagian-bagian dari candi untuk dibawa ke negaranya. Menurut informasi Raja Thailand ini membawa sekitar 8 gerobak bagian-bagian candi atas ijin Pemerintah Kolonial Belanda ketika itu. Saat ini benda-benda berharga ini di pamerkan di Museum Nasional Bangkok. (RR/rw/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar