UniverScience- Indonesia memang penuh misteri bagi dunia ilmu pengetahuan, berbagai macam peninggalan sejarah yang masih banyak dilupakan oleh dunia menantang para Ilmuwan Indonesia untuk membawanya ke kancah ilmu pengetahuan Dunia. Semuanya menunjukkan bagaimana nenek moyang bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang mempunyai peradaban yang sangat tinggi. Candi-candi dan peninggalan sejarah yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia memperlihatkan kecerdasan para arsitek Indonesia di masa yang lampau.
Salah satu peninggalan bersejarah yang menantang para arkeolog Indonesia juga dunia adalah situs Megalitikum prasejarah Gunung Padang yang terdapat di Jawa Barat. Situs yang bahkan jauh lebih tua dari peninggalan sejarah Mesopotamia di Mesir dan Yunani ini, hingga sekarang masih menyimpan misteri yang masih dalam penyelidikan tim Arkeologi baik dari Indonesia maupun luar Negari.
Situs Gunung Padang berada di Dusun Gunung Padang berbatasan dengan Dusun Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, sekitar 20 Kilo meter dari Cianjur. Luas reruntuhan batu yang terdapat di kompleks gunung padang kurang lebih 900 m² dan terletak pada ketinggian 885 meter dari permukaan laut. Situs Megalitikum Gunung Padang adalah punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Yang unik dari situs ini ternyata dibuat dari beberapa generasi dalam jangka waktu yang sangat berbeda, yakni pada lapisan pertama dibuat pada 600 Sebelum Masehi, lapisan kedua 4900 Sebelum Masehi, lapisan ketiga 11500 Sebelum Masehi dan lapisan keempat 25.000 Sebelum Masehi. Sebuah usia yang jauh lebih tua dari Piramida yang ada di Mesir.
Dari penelitian batuan yang terdapat di situs ini yaitu pada kedalaman 1 hingga 4,5 meter ditemukan materi unik yang menunjukkan kemajuan peradaban pada zamannya, dimana ditemukan perekat semacam semen purba yang unik, dan hingga kini masih dilakukan penelitian tentang materi tersebut. Penelitian tidak hanya dilakukan di Indonesia melainkan juga dilakukan di Miami, Amerika Serikat yaitu di Laboratorium Beta Analityc Radiocarbon Dating (BETA). Uniknya pada lapisan yang lebih tua justru ditemukan konstruksi yang lebih canggih, yaitu pada lapisan yang diperkirakan dibangun pada 4500 Sebelum Masehi, dibandingkan dengan struktur luarnya yang diperkirakan dibangun pada tahun 500 Sebelum Masehi.
Sebuah fakta unik yang menantang dunia ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban tentang apa sebenarnya yang telah terjadi ketika itu, dimana pada struktur yang lebih tua justru ditemukan tanda-tanda tekhnologi yang lebih canggih dibandingkan dengan struktur yang lebih muda. Mungkinkah pada struktur lebih tua hancur bersama perdaban yang dilaluinya, yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi ketika itu, seperti misalnya bencana alam atau peperangan, sehingga membuat struktur yang lebih tua rusak bersama dengan kecanggihannya, sementara itu struktur yang lebih muda ditemukan bukti memiliki tekhnologi yang tidak secanggih sebelumnya.
Perlu diketahui bahwa, telah ditemukan bukti pembuatan situs Megalitikum Gunung Padang terdapat campuran unsur besi yang digunakan sebagai perekat antara batu yang satu dengan lainnya. Pada struktur yang lebih tua ternyata mengandung unsur besi jauh lebih banyak dibandingkan dengan struktur yang lebih muda, dimana pada unsur yang lebih muda ditemukan kandungan unsur besi hanya 3%. Sementara itu pada struktur yang lebih tua justru ditemukan kandungan unsur besi hingga 45%, tanah liat 15% dan sisanya adalah unsur silika.
Tim ahli juga menyatakan bahwa perdaban ketika itu telah mampu mendeteksi bebatuan yang mengandung besi untuk kemudian dihancurkan dan dibakar hingga meleleh dan dicampur dengan tanah liat dan beberapa bahan lainnya, seperti silika yang juga terdapat dalam semen purba tersebut. untuk kemudian digunakan sebagai bahan perekat untuk menyusun batu-batu tersebut menjadi sebuah bangunan.
Meskipun masih harus dilakukan penelitian lebih mendalam atas teori yang dikemukakan oleh tim ahli ini, tentu dapat diambil kesimpulan bahwa tekhnologi ketika itu minimal harus seperti tekhnologi yang saat ini, atau bahkan lebih maju. Analisanya adalah, untuk membuat besi meleleh dibutuhkan panas hingga 1538 °C, 2800 °F, kemudian jika hasil lelehan besi tersebut harus digunakan untuk merekatkan bebatuan maka harus dalam kondisi setengah cair, karena jika tidak, maka besi tidak akan bisa merekatkan bebatuan. Itu artinya, lelehan besi masih dalam kondisi membara dan dalam bentuk leburan besi setengah cair saat digunakan untuk merekatkan batu-batu tersebut.
Pertanyaan kemudian yang muncul adalah, alat apa yang mereka gunakan untuk bisa melakukan itu semua, dibutuhkan tekhnologi canggih utnuk melakukan itu, untuk mengangkatnya, untuk merekatkannya dan tentu harus ada alat pelindung agar orang yang melakukan pekerjaan tersebut tidak terbakar karena harus membawa besi yang meleleh dengan suhu hingga 1538 °C, 2800 °F. Apalagi jika kemudian harus dicampur dengan tanah liat, ini akan semakin sulit lagi dilakukan, karena dibutuhkan tekhnologi yang tidak hanya sekedar melindungi tubuh melainkan juga dibutuhkan tekhnologi cara pencampurannya, karena sifat dasar besi ketika meleleh akan memisahkan antara cairan besi dengan campuran yang terdapat di dalamnya termasuk juga tanah liat, dengan demikian mereka harus mempunyai tekhnologi tentang bagaimana cara mencampurkan keduanya. Semuanya harus dibuktikan secara ilmiah, karena ini merupakan masalah yang sangat kompleks.
Jika teori para tim ahli tersebut benar, tentu akan membuka mata dunia betapa sebenarnya nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia-manusia cerdas, yang telah mengenal tekhnologi canggih sejak ribuan tahun silam
Terlepas benar atau tidaknya teori yang dikemukakan oleh tim ahli situs Gunung Padang, saat ini kita melihat dengan mata kepala kita sendiri tentang kemajuan beradaban nenek moyang bangsa Indonesia pada masa lalu. Jika pada Candi Prambanan para Arkeolog telah dibikin kagum dengan tanah urukan hingga 14 meter pada proses pembuatan candi tersebut, maka mereka akan lebih tercengang lagi ketika mereka melihat bahwa ternyata dalam situs Megalitikum Gunung Padang terdapat susunan batu dengan kedalaman 8 meter di bawah tanah. Ada kemungkinan akan ditemukan banyak penemuan mengagumkan lainnya pada kedalaman 8 meter tersebut, apalagi dalam lokasi seluas situs Gunung Padang yang dibuat jauh sebelum Candi Prambanan pada sekitar tahun 800 Masehi
Seperti telah dikemukakan di atas, situs Megalitikum Gunung Padang diperkirakan dibangun pada 11600 Masehi, bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Beta Analityc Radiocarbon Dating (lab BETA) Miami Florida, umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter, dibuat sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua, ini artinya situs Gunung Padang jauh lebih tua dibandingkan dengan peradaban Mesopotamia Mesir dan Yunani yang dibangun pada tahun 4000 Sebelum Masehi.
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Laboratorium Beta Analytic Miami ini tentu merupakan hasil yang cukup mengejutkan, karena laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang sering menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait usia batuan karbon (carbon dating). Hasil penelitian ini akhirnya menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel yang dilakukan oleh BATAN sebelumnya, dimana beberapa fihak meragukan validitas hasil uji yang dilakukan olehnya, bahkan tidak sedikit dari mereka memandang sebelah mata atas kesimpulan yang diperoleh oleh BATAN. Kenyataannya hasil pengujian yang dilakukan oleh BATAN dan Laboratorium Beta Analytic Miami memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Hingga saat ini penelitian untuk mengungkap misteri situs Megalitikum Gunung Padang masih terus dilakukan dengan melibatkan banyak fihak, kita tunggu hasil terbaru fakta ilmiah situs Gunung Padang. (RR/rw/14)
Salah satu peninggalan bersejarah yang menantang para arkeolog Indonesia juga dunia adalah situs Megalitikum prasejarah Gunung Padang yang terdapat di Jawa Barat. Situs yang bahkan jauh lebih tua dari peninggalan sejarah Mesopotamia di Mesir dan Yunani ini, hingga sekarang masih menyimpan misteri yang masih dalam penyelidikan tim Arkeologi baik dari Indonesia maupun luar Negari.
Situs Gunung Padang berada di Dusun Gunung Padang berbatasan dengan Dusun Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, sekitar 20 Kilo meter dari Cianjur. Luas reruntuhan batu yang terdapat di kompleks gunung padang kurang lebih 900 m² dan terletak pada ketinggian 885 meter dari permukaan laut. Situs Megalitikum Gunung Padang adalah punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Gambar Elektronik situs Megalitikum Gunung Padang (Sumber Foto: http://nrmnews.com |
Dari penelitian batuan yang terdapat di situs ini yaitu pada kedalaman 1 hingga 4,5 meter ditemukan materi unik yang menunjukkan kemajuan peradaban pada zamannya, dimana ditemukan perekat semacam semen purba yang unik, dan hingga kini masih dilakukan penelitian tentang materi tersebut. Penelitian tidak hanya dilakukan di Indonesia melainkan juga dilakukan di Miami, Amerika Serikat yaitu di Laboratorium Beta Analityc Radiocarbon Dating (BETA). Uniknya pada lapisan yang lebih tua justru ditemukan konstruksi yang lebih canggih, yaitu pada lapisan yang diperkirakan dibangun pada 4500 Sebelum Masehi, dibandingkan dengan struktur luarnya yang diperkirakan dibangun pada tahun 500 Sebelum Masehi.
Sebuah fakta unik yang menantang dunia ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban tentang apa sebenarnya yang telah terjadi ketika itu, dimana pada struktur yang lebih tua justru ditemukan tanda-tanda tekhnologi yang lebih canggih dibandingkan dengan struktur yang lebih muda. Mungkinkah pada struktur lebih tua hancur bersama perdaban yang dilaluinya, yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi ketika itu, seperti misalnya bencana alam atau peperangan, sehingga membuat struktur yang lebih tua rusak bersama dengan kecanggihannya, sementara itu struktur yang lebih muda ditemukan bukti memiliki tekhnologi yang tidak secanggih sebelumnya.
Perlu diketahui bahwa, telah ditemukan bukti pembuatan situs Megalitikum Gunung Padang terdapat campuran unsur besi yang digunakan sebagai perekat antara batu yang satu dengan lainnya. Pada struktur yang lebih tua ternyata mengandung unsur besi jauh lebih banyak dibandingkan dengan struktur yang lebih muda, dimana pada unsur yang lebih muda ditemukan kandungan unsur besi hanya 3%. Sementara itu pada struktur yang lebih tua justru ditemukan kandungan unsur besi hingga 45%, tanah liat 15% dan sisanya adalah unsur silika.
Tim ahli juga menyatakan bahwa perdaban ketika itu telah mampu mendeteksi bebatuan yang mengandung besi untuk kemudian dihancurkan dan dibakar hingga meleleh dan dicampur dengan tanah liat dan beberapa bahan lainnya, seperti silika yang juga terdapat dalam semen purba tersebut. untuk kemudian digunakan sebagai bahan perekat untuk menyusun batu-batu tersebut menjadi sebuah bangunan.
Potongan-potongan batu berbentuk segi empat di Gunung Padang |
Pertanyaan kemudian yang muncul adalah, alat apa yang mereka gunakan untuk bisa melakukan itu semua, dibutuhkan tekhnologi canggih utnuk melakukan itu, untuk mengangkatnya, untuk merekatkannya dan tentu harus ada alat pelindung agar orang yang melakukan pekerjaan tersebut tidak terbakar karena harus membawa besi yang meleleh dengan suhu hingga 1538 °C, 2800 °F. Apalagi jika kemudian harus dicampur dengan tanah liat, ini akan semakin sulit lagi dilakukan, karena dibutuhkan tekhnologi yang tidak hanya sekedar melindungi tubuh melainkan juga dibutuhkan tekhnologi cara pencampurannya, karena sifat dasar besi ketika meleleh akan memisahkan antara cairan besi dengan campuran yang terdapat di dalamnya termasuk juga tanah liat, dengan demikian mereka harus mempunyai tekhnologi tentang bagaimana cara mencampurkan keduanya. Semuanya harus dibuktikan secara ilmiah, karena ini merupakan masalah yang sangat kompleks.
Jika teori para tim ahli tersebut benar, tentu akan membuka mata dunia betapa sebenarnya nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia-manusia cerdas, yang telah mengenal tekhnologi canggih sejak ribuan tahun silam
Terlepas benar atau tidaknya teori yang dikemukakan oleh tim ahli situs Gunung Padang, saat ini kita melihat dengan mata kepala kita sendiri tentang kemajuan beradaban nenek moyang bangsa Indonesia pada masa lalu. Jika pada Candi Prambanan para Arkeolog telah dibikin kagum dengan tanah urukan hingga 14 meter pada proses pembuatan candi tersebut, maka mereka akan lebih tercengang lagi ketika mereka melihat bahwa ternyata dalam situs Megalitikum Gunung Padang terdapat susunan batu dengan kedalaman 8 meter di bawah tanah. Ada kemungkinan akan ditemukan banyak penemuan mengagumkan lainnya pada kedalaman 8 meter tersebut, apalagi dalam lokasi seluas situs Gunung Padang yang dibuat jauh sebelum Candi Prambanan pada sekitar tahun 800 Masehi
Gambar elektronik situs Megalitikum Gunung Padang |
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Laboratorium Beta Analytic Miami ini tentu merupakan hasil yang cukup mengejutkan, karena laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang sering menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait usia batuan karbon (carbon dating). Hasil penelitian ini akhirnya menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel yang dilakukan oleh BATAN sebelumnya, dimana beberapa fihak meragukan validitas hasil uji yang dilakukan olehnya, bahkan tidak sedikit dari mereka memandang sebelah mata atas kesimpulan yang diperoleh oleh BATAN. Kenyataannya hasil pengujian yang dilakukan oleh BATAN dan Laboratorium Beta Analytic Miami memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Hingga saat ini penelitian untuk mengungkap misteri situs Megalitikum Gunung Padang masih terus dilakukan dengan melibatkan banyak fihak, kita tunggu hasil terbaru fakta ilmiah situs Gunung Padang. (RR/rw/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar